- Genetika dan Breeding Burung
Diposting oleh Ali Sodikin | Label: - Genetika dan Breeding Burung | Posted On Sabtu, 12 November 2011 at 15.44
Steven Van Breemen mengembangkan sebuah metode ternak yang disebut : "population genetics".
Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi burung yang ada dalam kandang kita dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 burung di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super racer.
Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breed secara sistematis dan tercatat dgn detail.
Menurut Mr. Steven, bila kita sukses mengembangkan metode ini, maka kita akan ongkang2 kaki bisa menikmati hasilnya selama 20 tahun lebih…!!
Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas burung yg nantinya ingin kita hasilkan.
Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter pembalap terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat burung2 juara yang ada. Burung juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar burung juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya.
Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan).
Hasil inilah yg sy sebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan pembalap. Sukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi pembalap. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya.
Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 burung yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada burung yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mas Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas burung yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus galak, maka cari indukan yg galak. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics?? Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak burung-burung juara yg terputus generasinya
Dari 40 kromosom dalam satu merpati dikenal sebagai kromosom seks. Pada manusia, kami menyebutnya "Y" kromosom dan dibawa oleh laki-laki. Dalam merpati kami menyebutnya "W" kromosom dan dibawa oleh perempuan. Kromosom seks sedikit membawa informasi tetapi menentukan seks. Jika gamet menerima kromosom seks maka akan menghasilkan burung betina. Kromosom lain dari pasangan bahwa seks adalah anggota kromosom mengandung informasi genetik. Ketika karakteristik disebut seks dihubungkan itu berarti dilakukan pada kromosom ini (yang ada dalam pasangan yang berlawanan dengan seks kromosom). Pada burung betina, yang memiliki kromosom seks dia hanya akan menerima satu gen. Untuk burung jantan, mereka tidak memiliki kromosom, mereka akan menerima dua. Berikut adalah contoh menggunakan gen warna karena terkait seks. B mewakili warna Black / Blue
Semua gamet dengan "W" adalah betina dengan hanya satu warna gen. Semua jantan memiliki dua gen warna bukan kromosom seks. Untuk resesif gen pada kromosom itu hanya berarti burung jantan harus mewarisi gen pada kedua kromosom sebelum gen dinyatakan. Ini dalam kasus-kasus seperti encer. Untuk jantan, ia hanya perlu satu gen resesif pada kromosom yang berlawanan dengan seks kromosom dalam pasangan kromosom. Ini mengarah pada mengatakan "A jantan hanya adalah apa dia." Belum tentu benar dalam gen yang tidak terletak di kromosom seks.
DNA pengkode gen pada lokasi tertentu pada setiap kromosom yang telah diidentifikasi telah turun-temurun memiliki efek yang dapat diamati. Untuk tujuan kita, ini adalah ciri-ciri yang dapat dilihat, pada peternakan merpati ini akan berlaku untuk bulu warna, kualitas bulu, warna mata, anatomi tubuh dan ada ribuan karakter yang tidak dapat diamati di tangan/diraba, tapi memiliki efek langsung pada saat pertandingan. Kapasitas paru-paru atau efisiensi, kekuatan jantung, metabolisme tubuh,dll. Seringkali lebih dari satu gen dapat mempengaruhi sifat tertentu. Untuk pewarnaan misalnya, ada gen-gen untuk warna dasar tapi ada gen lain (terletak di lokasi yang berbeda dari sebuah kromosom atau kromosom yang berbeda sama sekali) yang mungkin juga mampu mempengaruhi.
Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi burung yang ada dalam kandang kita dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 burung di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super racer.
Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breed secara sistematis dan tercatat dgn detail.
Menurut Mr. Steven, bila kita sukses mengembangkan metode ini, maka kita akan ongkang2 kaki bisa menikmati hasilnya selama 20 tahun lebih…!!
Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas burung yg nantinya ingin kita hasilkan.
Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter pembalap terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat burung2 juara yang ada. Burung juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar burung juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya.
Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan).
Hasil inilah yg sy sebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan pembalap. Sukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi pembalap. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya.
Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 burung yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada burung yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mas Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas burung yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus galak, maka cari indukan yg galak. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics?? Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak burung-burung juara yg terputus generasinya
Dari 40 kromosom dalam satu merpati dikenal sebagai kromosom seks. Pada manusia, kami menyebutnya "Y" kromosom dan dibawa oleh laki-laki. Dalam merpati kami menyebutnya "W" kromosom dan dibawa oleh perempuan. Kromosom seks sedikit membawa informasi tetapi menentukan seks. Jika gamet menerima kromosom seks maka akan menghasilkan burung betina. Kromosom lain dari pasangan bahwa seks adalah anggota kromosom mengandung informasi genetik. Ketika karakteristik disebut seks dihubungkan itu berarti dilakukan pada kromosom ini (yang ada dalam pasangan yang berlawanan dengan seks kromosom). Pada burung betina, yang memiliki kromosom seks dia hanya akan menerima satu gen. Untuk burung jantan, mereka tidak memiliki kromosom, mereka akan menerima dua. Berikut adalah contoh menggunakan gen warna karena terkait seks. B mewakili warna Black / Blue
Semua gamet dengan "W" adalah betina dengan hanya satu warna gen. Semua jantan memiliki dua gen warna bukan kromosom seks. Untuk resesif gen pada kromosom itu hanya berarti burung jantan harus mewarisi gen pada kedua kromosom sebelum gen dinyatakan. Ini dalam kasus-kasus seperti encer. Untuk jantan, ia hanya perlu satu gen resesif pada kromosom yang berlawanan dengan seks kromosom dalam pasangan kromosom. Ini mengarah pada mengatakan "A jantan hanya adalah apa dia." Belum tentu benar dalam gen yang tidak terletak di kromosom seks.
DNA pengkode gen pada lokasi tertentu pada setiap kromosom yang telah diidentifikasi telah turun-temurun memiliki efek yang dapat diamati. Untuk tujuan kita, ini adalah ciri-ciri yang dapat dilihat, pada peternakan merpati ini akan berlaku untuk bulu warna, kualitas bulu, warna mata, anatomi tubuh dan ada ribuan karakter yang tidak dapat diamati di tangan/diraba, tapi memiliki efek langsung pada saat pertandingan. Kapasitas paru-paru atau efisiensi, kekuatan jantung, metabolisme tubuh,dll. Seringkali lebih dari satu gen dapat mempengaruhi sifat tertentu. Untuk pewarnaan misalnya, ada gen-gen untuk warna dasar tapi ada gen lain (terletak di lokasi yang berbeda dari sebuah kromosom atau kromosom yang berbeda sama sekali) yang mungkin juga mampu mempengaruhi.
Posting Komentar